Jadilah Egois Yang Menguntungkan
Ketika anda berbuat baik kepada teman anda, siapa sebenarnya
yang paling diuntungkan? Anda atau teman anda? Menurut saya, anda lah yang
paling diuntungkan. Jadi, perbuatan baik itu justru untuk anda sebenarnya.
Ketika anda memaafkan siapapun yang menyakiti anda, siapa
yang paling enak? Anda atau yang menyakiti anda? Menurut saya, anda yang
mendapat keenakan tertingginya. Jadi, memaafkan sebenarnya adalah perbuatan baik
anda untuk diri anda sendiri.
Ketika anda bekerja keras, sementara rekan kerja anda malas-malasan,
siapa yang untung sebenarnya? Anda! Kenapa anda yang diuntungkan? Karena perbuatan baik itu anda
yang melakukannya! Maka manfaat terbesarnya anda yang menikmati, bukan orang
lain.
Maka berbuat baik lah untuk kepentingan anda. Karena memang
perbuatan baik itu akan ‘kembali’ pada yang melakukannya. Karena melakukan
kebaikan, anda jadi orang baik. Karena memaafkan, anda jadi pemaaf. Karena
berprestasi tinggi dalam kerja, anda jadi karyawan teladan. Atasan anda selalu
tidak sabar mempromosikan anda ke posisi yang lebih tinggi. Semua kondisi di
atas benar-benar baik dan benar-benar anda inginkan bukan?
Maka jadilah egois. Jadilah pribadi yang mementingkan diri
sendiri. Mementingkan kebaikan untuk diri sendiri. Dengan makna egois seperti
ini, maka anda akan lebih senang membagi kue anda dengan orang lain, alih-alih
menikmatinya sendiri. Kenapa? Karena berbagi itu jelas lebih baik untuk anda
daripada pelit, kan?
Egois yang keliru adalah mementingkan diri anda di sisi
fisik/material. Egois yang tepat adalah mementingkan diri anda di sisi
jiwa/spiritual. Dengan makna egois seperti ini, anda harus egois.
Katakan: “Saya berbuat baik (menolong, memaafkan,
mencintai, melayani, mengajar, memberi solusi, bersabar, dsb) adalah hanya
untuk saya. Bukan untuk anda koq”
Makna egois seperti ini membuat anda sadar, bahwa setiap
kebaikan anda pada orang lain benar-benar tidak memerlukan balasan dari
siapapun. Kenapa? Karena ketika berbuat baik itu, anda melakukannya untuk diri
anda sendiri.
Anda tidak akan menghitung kebaikan anda pada orang lain.
Kenapa? Karena memang pada dasarnya kebaikan pada orang lain itu tidak ada! La
wong anda berbuat baik pada diri sendiri koq, kenapa merasa punya jasa untuk
orang lain? Dengan begitu, anda sedang mulai melalui sebuah jalan hebat. Jalan
yang bernama IKHLAS.
Maka guru yang berhasil membuat muridnya lebih hebat dari
dirinya tidak akan merasa tersaingi, goyah dan bimbang. Sang guru sadar benar
semua tindakan baiknya itu bukan untuk muridnya, tapi untuk dirinya sendiri.
Kesadaran yang sama dimiliki para pahlawan. Mereka rela
mengorbankan harta, raga dan jiwanya. Mereka sadar benar semua pengorbanan itu
untuk diri mereka sendiri. Maka ketika mereka tak dikenang, tak dihormati, dan
tak dikenal, mereka benar-benar tidak mempedulikannya.
Makna egois yang benar ini pun membuat setiap orang
berlomba-lomba melakukan kebaikan. Berjuang dan berkorban tanpa ragu. Dengan
makna egois seperti ini, kita akan iri atas kebaikan yang dilakukan orang lain.
Kita ingin melakukan kebaikan yang lebih baik lagi. Minimal relatif sama.
Nah…
Jadilah egois!
Jadilah egois!
No comments
Post a Comment