Sosok Imaga Daeng Riosok, Panglima Perang Kerajaan Balanipa
ilustrasi |
Cinta bagai mawar liar, indah dan tenang, tetapi bisa menumpahkan
darah,” ucap Mark A. Overby, seorang tokoh dunia. Ungkapan itu seolah
menggambarkan hikayat Imaga Daeng Riosok, seorang panglima perang
Kerajaan Balanipa yang berkuasa pada abad ke 17-an.
Daeng Riosok,
yang ditakuti lantaran kerap memenangi peperangan Kerajaan Balanipa tak
berkutik di hadapan I Pura Para’bue, putri cantik jelita asal kerajaan
Sendana. Keberaniannya seperti saat dia mengalahkan pasukan Raja Bone
Aru Palakka seolah hilang. Ia takluk atas gelora cinta yang menggebu di
dadanya.
Hatinya pun menjadi buta kendati I Pura tak mungkin
dimilikinya. Sebab, Raja Pamboang telah mempersunting bunga asal Sendana
itu. Namun, tak ada cara yang bisa menenangkan Riosok selain memiliki I
Pura. Kesatria yang kerap digelari Tomatindo di Marica itu pasrah mengikuti kata hatinya walau harus ditempuh dengan berperang.
Pada
satu waktu yang suram, Daeng Riosok menyerbu Pamboang untuk merebut I
Pura. Tak diragukan, dia mampu memperdaya kerajaan tersebut dan membawa I
Pura ke Kerajaan Balanipa untuk diperistri.
Kelakuan Riosok tentu saja membuat Pitu Ba’bana Binanga,
konfederasi kerajaan Mandar di muara sungai, murka. Bahkan nyaris bubar
lantaran perselisihan menyelimuti Pamboang, Sendana, dan Balanipa yang
berada dalam perkumpulan tersebut. Tapi Riosok tutup mata dan telinga.
Ia telah bergelimang kebahagiaan memperistri I Pura, walau hati sang
putri tak juga takluk padanya.
Hingga tiba pada suatu malam yang
gelap. Daeng Riosok yang gagah berani itu dihujami serangan dari pasukan
yang tak dikenal. Ia gugur dengan mengenaskan: kepalanya terpisah
dengan tubuhnya. Adapun I Pura, menurut sejumlah versi, kembali ke
pelukan Raja Pamboang.
Kisah cinta Daeng Riosok kurang lebih sama dengan kepedihan Qays dan Layla dalam roman Layla Majnun
karya Syaikh Nizami Ganjafi. Qays dibuat gila oleh cintanya pada Layla.
Begitu pula dengan cinta Gibran pada Selma Karamy, perempuan bersuami
dalam roman Sayap-Sayap Patah.
Cinta sulit terhalang
adat, agama, maupun status. Meskipun harus dibayar dengan mahal yaitu
kehilangan nyawa. Cinta melampaui duniawi menuju cinta yang hakiki,
cinta yang tak mengenal apapun kecuali cinta itu sendiri. Daeng Riosok
adalah pecinta sejati!
No comments
Post a Comment