Baharuddin Lopa Sang Titisan Akhir Dari Bala Tau
Bala Tau, adalah pengadilan kuno Suku Mandar. Mungkin hampir
sama dengan Koloseum di Roma. Namun bedanya, Koloseum adalah tempat
perkelahian para tahanan demi kesenangan Raja dan Para Bangsawan. Bala Tau adalah tempat menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Bala Tau
berlokasi di daerah yang sekarang bernama Tammejarra, Tinambung,
Polewali Mandar. Dahulu kala, di daerah tersebut, penyelesaian sengketa
untuk menemukan kebenaran, diselesaikan dengan cara adu parang bagi
laki-laki dan adu ketahanan panas pada minyak bagi kaum perempuan. Bagi
siapa yang bertahan dalam adu tersebut, ia dianggap orang yang benar
dalam perkaranya. Dan yang kalah otomatis menjadi pihak yang salah. Hal
Itu berangkat dari semangat keberanian yang utuh berdasar pada kearifan
lokal bahwa dengan izin Tuhan, kebenaran akan selalu menang melawan
kesalahan.
Meskipun dewasa ini tidak mungkin lagi memakai metode Bala Tau
untuk menemukan kebenaran, tapi semangatnya, yaitu keberanian yang
berdasar kearifan lokal patut dicontoh. Sebab, hukum tanpa keberanian
hanya akan berakhir sebagai kumpulan kata yang tidak berguna. Dan hukum,
bisa saja keliru untuk menemukan kebenaran kecuali kita berani
mendobraknya.
Simak saja penegakan hukum yang dilakukan oleh
almarhum Baharuddin Lopa, Jaksa Agung RI. Lopa terkenal sebagai penegak
hukum yang berani menegakkan kebenaran tanpa pandang bulu. Menantang
rezim yang saat itu masih mengekang dengan menangkapi para koruptor
kakap yang sebelumnya sulit dijamah oleh hukum. Lopa telah berhasil
merealisasikan hikmah Bala Tau dalam hidupnya.
Keberanian Lopa juga tergambar dalam aksi David Gale, profesor filosofi sekaligus aktivis kemanusiaan dalam film berjudul The Life of David Gale. Film
yang disutradarai oleh sineas terkenal Alan Parker, menceritakan
tentang keberanian David Gale beserta kelompoknya membuat sebuah
skenario palsu pembunuhan dan perkosaan. Itu dibuat guna membuktikan
pengadilan sebagai representasi dari sistem hukum yang mapan, bisa salah
dalam memutus sebuah perkara apalagi soal kasus yang berakibat hukuman
mati.
Akhir kisah, David Gale berhasil membuktikan kekeliruan
pengadilan memutus sebuah perkara. Dengan keberaniannya, meskipun
dibayar dengan nyawa, sistem peradilan yang selama ini dianggap cara
terbaik menemukan kebenaran dan keadilan justru masih banyak kekurangan.
Maka, sistem peradilan yang kokoh itu, hancur akibat keberanian David
Gale.
Seorang pengacara terkenal dan melegenda asal Amerika,
Clarence Darrow pernah mengatakan, keadilan tidak ada kaitannya dengan
apa yang terjadi di ruang sidang; keadilan adalah apa yang keluar dari
sidang itu. Petuah itu seakan membuktikan bahwa sistem peradilan
hanyalah kumpulan aturan yang tidak merepresentasikan apa-apa. Sistem
peradilan tidak mutlak bisa digunakan untuk menemukan kebenaran apalagi
keadilan, kecuali ada faktor dari luar. Salah satunya bisa ditarik dari
semangat kearifan lokal Bala Tau.
No comments
Post a Comment