Kultum Ramadhan Malam Ke 17 : Tadabbur dan Nuzulul Qur’an
![]() |
Materi Kultum Malam Ke 17 : Tadabbur dan Nuzulul Qur’an |
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
Tiada kata yang paling
indah untuk diucapkan selain memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT karena
berkah dan rahmat-Nya sehingga pada kesempatan ini, tahun ini, kita masih
diberikan kekuatan, napas serta kesehatan sehingga kita masih dipertemukan oleh
bulan Ramadhan tahun ini. Marilah kita sambut Ramadhan dengan perasaan riang
gembira serta mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” sambutan yang berarti penuh
kegembiraan, lapang dada, suka cita dan tidak ada batasan pada tamu yang sangat
dinantikan oleh seluruh umat islam seluruh dunia.
Jamaah yang dirahmati
oleh Allah SWT
Kapan Al Qur’an itu
diturunkan? Sebagian mengatakan bahwa turunnya adalah 17 Ramadhan sehingga
dijadikan peringatan Nuzulul Qur’an. Padahal tujuan Al Qur’an diturunkan
bukanlah diperingati, yang terpenting adalah ditadabburi atau direnungkan
sehingga bisa memahami, mengambil ibrah dan mengamalkan hukum-hukum di
dalamnya.
,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ
رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Sesungguhnya Kami
telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit
fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).
Dalam surat Al Qadar di
atas disebutkan bahwa Allah menurunkan Al Qur’an pada Lailatul Qadar. Malam ini
adalah malam yang diberkahi sebagaimana disebutkan dalam ayat yang lain,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” (QS. Ad Dukhon: 3). Malam yang
diberkahi yang dimaksud di sini adalah Lailatul Qadar yang terdapat di bulan
Ramadhan. Karena Al Qur’an itu diturunkan di bulan Ramadhan seperti disebut
dalam ayat,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ
“(Beberapa hari yang
ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran ” (QS. Al Baqarah: 185).
Ada riwayat dari Ibnu
‘Abbas yang menjelaskan mengenai nuzulul Qur’an, yaitu waktu diturunkannya
permulaan Al Qur’an. Ibnu ‘Abbas berkata,
أنزل الله القرآن جملة واحدة
من اللوح المحفوظ إلى بيت العِزّة من السماء الدنيا، ثم نزل مفصلا بحسب الوقائع في
ثلاث وعشرين سنة على رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Al Qur’an secara keseluruhan
diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu
diturunkan berangsur-angsur kepada Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuai
dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 23 tahun.” (HR. Thobari, An Nasai
dalam Sunanul Kubro, Al Hakim dalam Mustadroknya, Al Baihaqi dalam Dalailun
Nubuwwah. Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi.
Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam Al Fath, 4: 9).
Syaikh As Sa’di
rahimahullah berkata, “Allah itu menjadikan permulaan turunnya Al Qur’an adalah
di bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadar.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal.
931). Jika dinyatakan bahwa Al Qur’an secara keseluruhan itu diturunkan di
bulan Ramadhan pada malam Lailatul Qadar, maka klaim yang mengatakan bahwa Al
Qur’an diturunkan pada 17 Ramadhan, jelas-jelas tidak berdasar. Karena Lailatul
Qadar itu terjadi di sepuluh hari terakhir. Sehingga jelas-jelas penetapan 17
Ramadhan sebagai perayaan Nuzulul Qur’an tidak berdasar atau mengada-ngada.
Perayaan Nuzulul Qur’an sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat.
Para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا
إِلَيْهِ
“Seandainya amalan
tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk
melakukannya.” Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan
yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan
semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan
kecuali mereka akan segera melakukannya. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya
Ibnu Katsir, 6: 622, surat Al Ahqof (46) ayat 11.
Al Qur’an pun
diturunkan bukan untuk diperingati setiap tahunnya. Namun tujuan utama adalah
Al Qur’an tersebut dibaca dan direnungkan maknanya. Allah Ta’ala berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ
مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran. ” (QS. Shaad: 29).
Al Hasan Al
Bashri berkata, “Demi Allah, jika seseorang tidak merenungkan Al Qur’an dengan
menghafalkan huruf-hurufnya lalu ia melalaikan hukum-hukumnya sehingga ada yang
mengatakan, “Aku telah membaca Al Qur’an seluruhnya.” Padahal kenyataannya ia
tidak memiliki akhlak yang baik dan tidak memiliki amal.” (Lihat Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 2: 418-419).
Membaca
saja tentu belum tentu punya akhlak dan amal yang baik. Memperingati turunnya
pun tidak bisa menggapai maksud mentadabburi Al Qur’an. Jadi yang terpenting
adalah rajin-rajin mengkaji sekaligus mentadabburi Al Qur’an.
Sungguh
bulan Ramadhan memiliki kedudukan istimewa daripada 11 bulan yang lain. Semoga
kita masih bisa dipertemukan dengan bulan Ramadhan yang akan datang...Aamiin
Sumber : Kultum Ramadhan
No comments
Post a Comment