Masya Allah ! Mbah Ponirep Nabung Dari Hasil Jual Daun Pisang Selama 20 Tahun Sehingga Bisa Naik Haji
Siapa yang sangka bahwa seorang yang hidup sangat sederhana bisa melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Namun itulah yang terjadi pada sosok nenek bernama Ponirep yang setiap hari senantiasa mencari daun pisang untuk dijual di pasar saat pagi harinya.
Nenek berumur 90 tahun ini hampir setiap sore menyiapkan peralatan mencari daun pisang seperti pisau dan bilah bambu yang cukup panjang untuk memotong daun pisang yang cukup tinggi. Daun pisang yang berhasil ia kumpulkan kemudian dibawa ke rumahnya yang berada di Dusun Purwodadi, Desa Sidomulyo, Sidomulyo, Lampung Selatan.
Sudah berpuluh-puluh tahun nenek Ponirep menjalani aktivitasnya sebagai pencari daun pisang dan menjualnya di pasar. Tak hanya itu saja, ia juga ikut membantu menjual tempe yang dibuat oleh anaknya.
Dari hasil usahanya yang sederhana tersebut, Mbah Ponirep mampu menyisihkan uang untuk ditabung sebagai ongkos berangkat haji meski harus menunggu cukup lama, sekitar 20 tahun.
Tak ada yang mengetahui bahwa Mbah Ponirep memiliki keinginan besar untuk berhaji. Bahkan anak-anaknya pun tidak mengetahuinya. Mereka justru mengetahui hal tersebut setelah nenek asal Bantul Yogyakarta ini akan berangkat haji.
“Ibu sudah menabung puluhan tahun. Kami tidak pernah tahu. Saya sendiri baru tahu saat diminta menemani mendaftar haji tahun 2011 lalu. Itupun ibu meminta tidak diberitahukan dahulu kepada anaknya yang lain,” ucap Sumijo, anak kedua Mbah Ponirep. Seperti dikutip dari Tribun, Sabtu (27/8/2016)
Kini anak-anaknya hanya bisa mendoakan agar ibunya bisa menjalani ibadah haji dengan lancar dan diberi kesehatan hingga pulang ke tanah air.
DIIRINGI DOA, MBAH PONIREP MASUK KLOTER 23 CJH
Mbah Ponirep (90), akhirnya berangkat menunaikan ibadah Haji. Dia tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 23 Calon Jamaah Haji (CJH) yang berangkat pada Selasa (23/8) kemarin.
Tumin (35), cucu dari Ponirep mengatakan, neneknya masuk kloter 23 dan diberangkatkan pada Selasa pagi. “Keluarga mengantarkan ke Kantor Bupati pada jam 07.00 WIB untuk pelepasan,” kata Tumin kepada Radar Lamsel.
Tumin mengaku bahagia serta sedih bercampur aduk ketika mengantarkan nenenknya itu. Pasalnya, Ponirep adalah peserta tertua yang ada di kloter 23. “Bahagia serta sedih karena hingga kini keluarga masih terkejut dengan tekadnya yang menabung dari hasil berjualan daun pisang selama 20 tahun,” ungkapnya.
Lebih lanjut Tumin mengatakan, semua keperluan dan perabotan untuk sang nenek sudah dipersiapkan oleh keluarga.
Meski sudah tidak muda lagi namun tekad wanita beranak empat ini sudah bulat dan terbukti. “Nenek masuk dalam rombongan jamaah haji lanjut usia, tapi fisik dan semangatnya cukup kuat untuk bisa menunaikan ibadah haji,” katanya lagi.
Hal senada juga dikatakan Bangun (40), anak kandung Ponirep. Ia mengatakan, doa dan harapannya agar ibunya bisa menjadi haji yang mabrur. “Mudah-mudahan menjadi haji yang mabrur dan perjalannya tanpa hambatan,” harap dia.
Hingga kini masih banyak yang terkejut lantaran Ponirep yang menabung selama bertahun-tahun untuk berhaji dari hasil menjual daun pisang dan tempe.
Husni (45) misalnya. Warga setempat mengatakan, selama ini sosok Ponirep dikenal sebagai penjual daun pisang dan tempe yang gigih. Namun ia tidak pernah bercerita kepada siapapun jika ingin pergi berhaji. “Jangankan masyarakat, keluarganya saja kaget mas. Mbah Ponirep tidak pernah buka omongan untuk pergi berhaji, baru sepekan terakhir sebelum keberangkatannya ia mengundang warga untuk syukuran sebelum berangkat haji,” imbuhnya.
Kepala Desa Sidomulyo Sutanto, mengaku kagum dengan sosok wanita tua ini, ia mengatakan niat dan tekadnya patut menjadi contoh bagi warga Sidomulyo. “Jika sudah niat, tak kenal tua ataupun muda semua pintu pasti dibukakan oleh yang maha kuasa,” pungkasnya.
Sumber: Kabar Makkah / Rada Lamsel/pintarin
No comments
Post a Comment