Mengapa Yesus Mesti Mati Di Kayu Salib Kemudian Bangkit Kembali ?
Kenapa Allah tidak mengambil tindakan yang mudah dengan mengampuni saja manusia ketika dia melakukan dosa? Barangkali ini adalah pertanyaan paling penting. Jika kita dapat memahami kenapa Yesus harus mati akan mudah juga bagi kita mempercayai Dia. Alkitab/Bible (Imamat 11:45) dan Al Qur'an (Surah 59, Al Hashr, ayat 23) mengatakan kepada kita bahwa Allah itu suci adanya. Artinya Dia terpisah sama sekali dari segala sesuatu yang tidak bersih, buruk dan hipokrit, dengan kata lain dari segala sesuatu yang mengandung dosa. Baik Alkitab/Bible (Yesaya 59:1-2) dan Al Qur'an (Surah 2, Albaqarah, ayat 35-36) mengatakan bahwa dosa memisahkan manusia dari Allah. Karena itu, dosa tidak sekedar kesalahan kecil akan tetapi sesuatu yang tak dapat ditolerir dalam pandangan Allah.!
Alasan lain kenapa dosa harus ditanggapi serius adalah karena Allah itu adil (Ulangan 32:4, Surah 95, Al Tin, ayat 8). Dia menghukum setiap mereka yang salah dan memberi upah bagi mereka yang melakukan kebenaran. Namun Allah tidak menghukum semata-mata atas perbuatan baik dan jahat yang kita lakukan (Roma 3:23-24, Surah 35, Fatir, ayat 45). Dia sangat mengasihi kita (Yoh 3:16) sehingga oleh kemurahanNya, Dia memilih mengampuni dosa-dosa kita. Akan tetapi jika Dia mengampuni dosa kita tanpa hukuman maka pengampunan yang diberikan-Nya menjadi tidak adil.!
Itulah sebabnya mengapa Allah menyatakan diri-Nya dalam diri Yesus dan mati di kayu salib untuk dosa-dosa kita. Dalam Yesus, Allah memenuhi persyaratan keadilan dan kasih-Nya! Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan kita, untuk dosa-dosa kita. Dalam kitab Ulangan 21:23 dikatakan, setiap orang yang tergantung pada tiang kayu adalah orang berdosa dan terkutuk oleh Allah. Galatia 3:13 menguraikan bahwa Yesus, yang diri-Nya tidak berdosa menjadi kutuk karena kita dan menebus dosa kita.
Setelah membayar hukuman atas dosa melalui kematian-Nya, Yesus bangkit lagi. Dengan demikian kematian dan kebangkitan Yesus menjadi sangat penting bagi orang Kristen! Ilustrasi berikut bisa membantu memahami hal itu:
Suatu ketika ada seorang raja yang memerintah wilayah yang besar dan luas. Dia juga menjadi seorang hakim yang adil di kerajaannya. Dia menulis aturan/hukum yang harus dipatuhi setiap orang agar tercipta keadaan yang aman dan adil.
Suatu hari anaknya sendiri, yang sangat dikasihinya melakukan kejahatan besar. Hukumannya jelas, pelaku seperti anaknya akan menghadapi hukuman berupa denda yang demikian besar yang walau bekerja seumur hidup tidak akan cukup membayarnya. Hakim yang adil itu tentu tidak bisa merubah hukum hanya karena yang bersalah adalah anaknya sendiri. Jika itu dilakukannya dia menjadi tidak adil dan memihak. Dia memutuskan bahwa anaknya juga bersalah, tapi tatkala dia memaklumkan hukuman, dia menawarkan diri membayar denda tersebut karena kasihnya pada anaknya itu. Dengan cara itu, dia tidak saja dapat memenuhi keadilan yang ditetapkannya tetapi juga memenuhi memenuhi perasaan kasih pada anaknya yang tidak setia itu.
Dengan sedih anaknya menyesali kejahatannya dan dengan rendah hati menerima tawaran ayahnya. Kejadian ini merubah hidupnya sepenuhnya dan memutuskan untuk mengasihi dan melayani ayahnya selama-lamanya. Dengan melakukan ini tentu saja dia tidak pernah akan dapat membayar kembali denda hukuman yang besar itu. Tidak, dia merubah cara hidupnya untuk menunjukkan rasa terima kasihnya yang besar kepada ayahnya yang pengasih itu.
Raja dalam ilustrasi ini adalah simbol Allah, kerajaan adalah dunia ini. Hukumnya adalah kitab suci, anak Raja adalah semua umat manusia dan kejahatan yang dilakukan anak Raja adalah dosa. Besarnya denda merupakan hukuman atas dosa yang tak terpisahkan dari Allah yang kudus. Raja yang menggantikan tempat anaknya dan membayar denda untuk anaknya menggambarkan apa yang telah dilakukan Allah kepada semua umat manusia dalam diri Yesus. Dia membayar hukuman dosa dengan mati di kayu salib untuk kita.
Akhirnya, perubahan total yang terjadi dalam hidup anak Raja itu menggambarkan kehidupan baru seorang Kristen. Dengan iman melalui doa pengampunan dia menerima apa yang telah Yesus lakukan pada dirinya. Dia percaya bahwa Yesus mengambil hukuman atas dosa manusia. Hanya melalui rasa terima kasih dia mulai mengasihi dan melayani Allah, bukan karena dia merasa dia dapat meraih tempat di Surga dengan melakukan perbuatan baik. Apapun yang dilakukan oleh orang Kristen yang lahir baru akan dimotivasi oleh kasih kepada Orang yang telah menyelamatkannya dari hukuman yang mengerikan!
Beberapa orang Muslim bisa menolak ilustrasi diatas dengan mengatakan bahwa atribut Allah atas keadilan dan pengampunan tidak dapat dipahami atau dimengerti, itu sama sekali berbeda dari konsep manusia. Benar bahwa atribut Allah berbeda dari kita, tetapi perbedaan itu hanya menyangkut kesempurnaannya daripada definisinya. Dalam pengertian karakteristik Allah yang sangat berbeda dari pemahaman kita, lalu nama-Nya yang sembilan puluh sembilan yang menjelaskan akan menjadi tidak berarti! Lagipula, Allah sendiri menggunakan ilustrasi sebagaimana tertulis dalam Al Qur'an: Surah 13, Ar-Ra'd, ayat 16-17 yang berkata: "Demikianlah Allah membuat perumpamaan..." (Lihat juga Surah 16, An Nahl, ayat 75-76)
Seorang Muslim baru-baru ini bertanya: "Alkitab/Bible berkata bahwa Allah mengorbankan anak-Nya, akan tetapi kita juga membaca bahwa Yesus dibangkitkan kembali dan duduk disebelah kanan Allah. Bila Anda mengurbankan sesuatu, Anda tidak mengambilnya kembali 3 hari kemudian, apakah ini bukan kontradiksi?"
Alasan kenapa Yesus, kurban yang sempurna itu dibangkitkan menjadi hidup kembali pada hari ketiga ditemukan pada kata "sempurna". Kurban binatang tidak sempurna, mereka menunjuk pada yang sempurna saja. Itulah sebabnya kenapa kurban binatang itu harus diberikan berulangkali. Itu juga yang menjadi alasan kenapa binatang-binatang itu tidak dibangkitkan untuk hidup kembali. Namun, Kristus, yang sempurna dan tidak berdosa hanya akan mati sekali. Karena Dia membayar hukuman atas dosa, yaitu kematian oleh kematian-Nya maka kematian atau maut itu tidak lagi menjadi sebuah realita! Itulah sebab yang tepat kenapa Allah membangkitkan Yesus kembali untuk hidup. Kebenaran ini dapat dibaca pada 1 Korintus 15:54-57:
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan."
"Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."
Kematian yang datang oleh karena dosa dikalahkan oleh Yesus! Karena itu, Dia sebagai hasil yang pertama telah dibangkitkan menjadi hidup. Mereka yang percaya pada pengurbanan-Nya yang sempurna akan mengikuti contoh yang ditunjukkan-Nya pada saat mereka mati secara fisik. Ayat-ayat berikut ini kembali dikutip dari 1 Korintus 15 mengabarkan berita baik ini
- "Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus." (1 Korintus 15 ayat 20-22)
Ayat-ayat berikut ini berbicara tentang kebenaran yang sama:
"Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita." (Roma 4:25)
"Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus." (Roma 6:9-11)
"Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Roma 6:12-16)
No comments
Post a Comment