Kasih Menjelang Perpisahan
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana keluarga landak menghangatkan diri di musim dingin yang ekstrem? Induk dan anak-anak landak akan saling mendekatkan diri dengan risiko terluka karena tertusuk duri satu sama lain agar dapat bertahan hidup melewati musim dingin. Dalam hal ini, mereka berbagi kehangatan walau harus berkorban – terluka; dengan kata lain, demi kehangatan cinta diperlukan pengorbanan.
Apa yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya berkaitan dengan kasih? Yohanes 14:15-24 menuliskan,"Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi tetapi kamu melihat Aku sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barang siapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barang siapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya. Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami dan bukan kepada dunia?" Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barang siapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari-Ku melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.”
Kita membahas lebih lanjut ayat-ayat di atas tentang kasih yang diajarkan Yesus menjelang perpisahan dengan murid–murid-Nya untuk kembali kepada Bapa di Surga.
Bagaimana bukti nyata dari kasih menurut nas Alkitab tersebut?
1. Dari pihak kita: jika kita mengasihi (agapau) Yesus, kita akan menuruti segala perintah-Nya. Mungkinkah? Faktanya, tidak ada seorang pun mampu melakukannya; kasih kita kepada-Nya cenderung hanya sebatas phileo dengan melakukan sebagian dari perintah-Nya. Memang Tuhan tahu ketidakmampuan kita tetapi yang ditekankan di sini ialah niat teguh atau komitmen akan (will)melakukan perintah-Nya.
Salah satu perintah yang harus kita lakukan adalah: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (ay. 34)
Bukankah perintah untuk mengasihi telah ada sebelumnya? Tertuang dalam hukum utama Taurat itulah,“Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu serta kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39)
Lalu apa yang dimaksud dengan “perintah baru”?
Dalam bahasa Yunani, ada dua istilah untuk kata “baru” yaitu:
- Neos: produk lama (sudah ada) tetapi diperbarui.
- Kainos: baru secara natur – belum ada sebelumnya.
Ilustrasi: sebuah handphone rusak karena jatuh terbanting keras dari lantai tiga. Ketika diperbaiki,handphone tetap sama (yang lama) hanya casing-nya yang diganti.
Perintah baru yang dimaksud oleh Tuhan adalah kainos yakni yang belum ada sebelumnya, berbeda dengan kasih yang ada di dalam Hukum Taurat dan kasih lain, maksudnya kita saling mengasihi dengan cara seperti Yesus mengasihi bukan mengasihi secara legilitas seperti perintah Musa juga bukan mengasihi seperti diri sendiri, misal: karena ada hubungan darah, antarsaudara saling mengasihi.
Bagaimana cara Yesus mengasihi? Murid-murid-Nya tahu persis bagaimana indahnya hidup mereka bersama Yesus selama 3½ tahun menyaksikan dan mengalami praktik-praktik kasih-Nya yang selalu“kainos” (baru) setiap hari. Yesus bahkan rela tidak mengasihi diri-Nya sendiri dengan berkurban menyerahkan diri-Nya mati tersalib demi taat kepada Bapa-Nya (Flp. 2:6-8).
Aplikasi: marilah kita mengasihi suami/istri, orang tua, anak dan saudara dengan cara baru seperti Yesus mengasihi kita ditandai dengan pengurbanan.
2. Dari pihak Allah: Dia melakukan kehendak-Nya dengan memberkati orang percaya yang mengasihi (agapao) Dia. Berkat apa yang dicurahkan-Nya?
Ø Allah memberikan Penolong yang lain (ay. 16)
Penolong di sini berbeda dengan penolong sepadan yang disebut di Kejadian 2:22-23 yaitu perempuan/istri dalam rumah tangga yang memiliki keterbatasan dan kelemahan. Allah mengirimkan penolong itulah pribadi Roh Kudus yang memiliki kuasa yang sama besar dengan kuasa-Nya Yesus sehingga kita tidak perlu takut menghadapi masa depan kita.
Penolong yang lain (bhs Yunani: parakletos) dapat dimaknai sebagai:
(1) legal assistant/penolong yang resmi. Tuhan memberikan Penolong yang resmi dan dapat dipercaya – tidak seperti pertolongan yang diberikan manusia, contoh: sulit mencari pembantu yang dapat dipercaya meskipun melalui penyalur resmi sebab ternyata ada pembantu-pembantu lansia dan bayi yang ‘nakal’ dengan memberikan obat penenang kepada orang lansia atau bayi yang diasuhnya agar pembantu tersebut dapat bermalas-malasan dalam bekerja.
(2) Advocate/penasihat dan pendamping. Ketika kita berada pada posisi dihakimi dan dipojokkan, Roh Kudus akan tampil sebagai pendamping dan pembela kita. Roh Kudus menjadi saksi (witness) dengan mengajukan pembelaan-Nya yang kuat untuk kita; bahkan Dia menjadi wakil (representative) saat kita tidak mampu berdoa, Ia berdoa kepada Allah bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tak terucapkan (Rom. 8:26).
(3) Comforter/penghibur. Menghadapi kondisi dunia yang makin tidak pasti keamanan dan ketenangannya dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan alam, banyak manusia termasuk orang Kristen menjadi galau dan hilanglah damai sejahtera dalam hati. Perlu dipertanyakan apabila kita tidak ada damai sejahtera, di mana Roh Kudus saat itu? Apakah kita telah mendukacitakan bahkan memadamkan Roh Kudus?
Ø Allah memberikan janji penyertaan untuk selama-lamanya (ay. 20)
Tidak mungkin seorang istri (penolong sepadan) dapat menyertai suami selama-lamanya, cepat atau lambat masing-masing akan saling mendahului meninggalkan pasangannya. Jauh berbeda dengan Tuhanyang berdiam di dalam kita yang mengasihi-Nya; kita akan menjadi kuat dan sabar setiap hari. Bila kita tetap emosional dan tidak dapat mengendalikan diri, di manakah peran Roh Kudus saat itu?
Ø Penyataan diri Allah Tritunggal (ay. 21-22)
Yesus mengasihi manusia yang taat melakukan perintah-Nya bahkan menyatakan diri-Nya – menyingkapkan rahasia diri-Nya – kepada mereka. Jelas di sini kasih-Nya tidak lagi bersifat umum tetapi bersifat pribadi – hanya kepada mereka yang mengasihi-Nya.
Aplikasi: ketika kita mendengarkan pembukaan rahasia Firman Allah, hati kita meluap penuh sukacita menikmati ungkapan Firman yang disampaikan oleh pendeta walau ditandai dengan keterbatasan. Kita mendapat kekuatan baru dan Roh Kudus membuat hati kita damai sejahtera.
Yudas sempat bertanya ‘mengapa Yesus justru menyatakan diri-Nya kepada murid-murid dan bukan kepada dunia’. Yesus menjawab Dia tidak menyatakan diri-Nya kepada dunia tetapi hanya kepada mereka yang mengasihi-Nya dan mau melakukan segala perintah-Nya. Jelas ini merupakan berkat khusus yang dapat dinikmati di dalam kehidupan nikah, pendidikan dan pekerjaan orang-orang yang berkomitmen melakukan segala perintah-Nya. Bahkan di dalam kesulitan hidup kita sekalipun, Yesus akan menyingkapkan diri-Nya sehingga kita dapat melewati persoalan dengan kemenangan.
Apa dampak penyataan Yesus terhadap mereka yang menerima berkat khusus tersebut?
§ Petrus berani berkhotbah tentang Yesus dari Nazaret yang mati disalib dan dibangkitkan oleh Allah menjadi Tuhan dan Kristus (Kis. 2:36). Dia kuat bertahan di bawah ancaman dan hukuman sampai akhir hidupnya dia mati disalib terbalik (menurut tradisi Bapak-bapak Gereja).
§ Stefanus mengadakan pembelaan terhadap tuduhan penghinaan atas tempat kudus dan hukum Taurat yang ditujukan baginya dengan menceritakan kronologi keluarnya bangsa Israel dari Mesir, bangsa Israel memberontak kepada Allah bahkan membunuh nabi-nabi dan Orang Benar (Yesus); mereka menerima hukum Taurat tetapi tidak menurutinya. Mendengar ini anggota-anggota Mahkamah agama makin marah berakhir dengan kematian Stefanus dirajam batu. Namun di saat-saat genting Stefanus melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah dan ini memampukan dia untuk mengampuni mereka (Kis. 7:55,60).
§ Rasul Paulus mengakui, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp. 1:21) Dia gigih menyuarakan penyataan Yesus di jalan lurus dan berakhir mati dipenggal di Roma.
§ Polycarpus, seorang martir yang dibakar mati di tiang pembakaran mengatakan pada detik-detik terakhirnya, “Selama 86 tahun aku hidup melayani Kristus, belum pernah sekalipun Ia berbuat Jahat. Bagaimana mungkin aku menghujat Rajaku dan Juru selamatku?”
§ Demikian pula dengan kita, jika kita melihat penyataan Allah berlaku bagi hidup kita di hari-hari yang telah kita lalui, hendaknya kita juga berkomitmen dan dapat mengatakan, “Ya Tuhan, saya mengasihi-Mu dan mau melakukan perintah-Mu.”
Berbicara mengenai kasih pasti terkait dengan pengurbanan. Tuhan telah mengasihi manusia dan rela berkurban bahkan mati bagi kita. Tak ketinggalan Dia juga menyatakan diri-Nya kepada kita secara pribadi. Marilah kita merespons kasih-Nya dengan mengasihi sesama seperti cara Ia mengasihi kita. Juga menanggapi penyataan diri-Nya, kita berkomitmen untuk berani bayar ‘harga’ dalam menaati seluruh perintah-Nya. Amin.
sumber : gkga-sby.org
No comments
Post a Comment