Dijual Dengan Harga Rp 100 Juta, Pecahkan Rekor Penjualan Sapi Termahal Di Yogyakarta
Yogyakarta - Sapi jenis limosin dengan berat 1,3 ton milik peternak Gunung kidul terjual dengan harga sebesar Rp 100 juta. Sapi yang sengaja dijual menjelang Idul Adha tersebut, menjadi rekor penjualan sapi termahal di Yogyakarta.
Pemiik sapi, Didik Hendra kepada RRI, Rabu (24/8/2016) mengatakan, meski Kabupaten Gunung Kidul dikenal dengan daerah yang tandus, namun tidak menjadikan kendala untuk tetap berinovasi. Salah satunya dengan membuat pakan ternak dari ampas singkong untuk penggemukan sapi.
Warga Desa Karang Wuni Kecamatan Rongkop ini menegaskan, ditengah keterbatasan Hijauan Pakannan Ternak (HMT) akibat musim kemarau, Didik mampu menyiasasti pakanan sapi dengan menggunakan ampas singkong yang dicampur dengan bekatul dan sedikit garam dapur.
Ketekunan Didik ternyata membuahkan hasil, sapi jenis limosin yang awalnya dibeli dengan harga Rp 23 juta setelah mendapatkan perawatan 1,5 tahun, sapi tersebut terjual dengan harga yang fantastis yakni Rp 100 juta.
Didik Hendra Prasetya menjelaskan, sapi jenis limosin yang dia pelihara selama 1,5 tahun itu telah dibeli oleh Yayasan Masjid Termilan (Master) Depok Jawa Barat. Rencananya sapi tersebut akan dikirim beberapa hari kedepan dan akan digunakan untuk hewan Qurban dalam perayaan Hari Raya Idul Adha, September mendatang.
"Kalau sapi betina kan lokal ya kami tidak begitu tertarik. Akhirnya kami tertarik mengembangkan dua jenis ras sapi yakni simelta dan limosin karena dua jenis ras sapi ini kalau kita maksimalkan bisa mencapai 2 ton dari masing-masing sapi per ekor beratnya," tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gunung kidul, Krisna Berlian mengungkapkan, pemberian ampas singkong dan bekatul dinilai cukup mampu menekan biaya perawatan sapi. Dengan pemeliharaan yang tekun dan profesional, pihaknya yakin setiap peternak mampu menghasilkan kualitas sapi hingga memiliki nilai jual diatas 100 juta rupiah. (rri.co.id)
Pemiik sapi, Didik Hendra kepada RRI, Rabu (24/8/2016) mengatakan, meski Kabupaten Gunung Kidul dikenal dengan daerah yang tandus, namun tidak menjadikan kendala untuk tetap berinovasi. Salah satunya dengan membuat pakan ternak dari ampas singkong untuk penggemukan sapi.
Warga Desa Karang Wuni Kecamatan Rongkop ini menegaskan, ditengah keterbatasan Hijauan Pakannan Ternak (HMT) akibat musim kemarau, Didik mampu menyiasasti pakanan sapi dengan menggunakan ampas singkong yang dicampur dengan bekatul dan sedikit garam dapur.
Ketekunan Didik ternyata membuahkan hasil, sapi jenis limosin yang awalnya dibeli dengan harga Rp 23 juta setelah mendapatkan perawatan 1,5 tahun, sapi tersebut terjual dengan harga yang fantastis yakni Rp 100 juta.
Didik Hendra Prasetya menjelaskan, sapi jenis limosin yang dia pelihara selama 1,5 tahun itu telah dibeli oleh Yayasan Masjid Termilan (Master) Depok Jawa Barat. Rencananya sapi tersebut akan dikirim beberapa hari kedepan dan akan digunakan untuk hewan Qurban dalam perayaan Hari Raya Idul Adha, September mendatang.
"Kalau sapi betina kan lokal ya kami tidak begitu tertarik. Akhirnya kami tertarik mengembangkan dua jenis ras sapi yakni simelta dan limosin karena dua jenis ras sapi ini kalau kita maksimalkan bisa mencapai 2 ton dari masing-masing sapi per ekor beratnya," tambahnya.
Sementara Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Gunung kidul, Krisna Berlian mengungkapkan, pemberian ampas singkong dan bekatul dinilai cukup mampu menekan biaya perawatan sapi. Dengan pemeliharaan yang tekun dan profesional, pihaknya yakin setiap peternak mampu menghasilkan kualitas sapi hingga memiliki nilai jual diatas 100 juta rupiah. (rri.co.id)
No comments
Post a Comment