Sepenggal Sejarah, Perlahan Tapi Pasti, Mamasa Menemukan Masa Depannya
Awal abad ke-19, Belanda masuk. Kondosapata' dipecah menjadi tiga bagian, masing-masing dipimpin seorang Hulp Bestuursambtenaar, yang terdiri dari 17 distrik dan tergabung dalam Onder-afdeling Boven Binuang en Pitu Ulunna Salu (dipimpin seorang Controleur yang berkedudukan di Mamasa) di bawah naungan Afdeling Mandar. Dengan begitu, tujuh wilayah adat yang sebelumnya sudah ada (Tabulahan, Aralle, Mambi, Bambang, Rantebulahan, Matangnga, dan Tabang), tidak diakui.
Tahun 1949, ketika terbentuk pemerintahan negara serikat, Indonesia bagian timur pun menjadi satu serikat. Mamasa (Kondosapata) dibentuk menjadi NeoSwapraja, dipimpin Dewan Pemerintahan Swapraja yang disebut Tongkonan Ada (Self Bestuur).
Setahun kemudian, ketika Negara Serikat Kesatuan RI terbentuk, Kawedanan Mamasa masuk ke dalam Daerah Swatantra Tingkat II Mandar (meliputi Majene, Mamuju, Polewali, dan Mamasa). Tahun 1959, sesuai Undang-undang No. 29/1959, Daerah Swatantra Tingkat II Mandar dibagi menjadi tiga kabupaten, masing-masing Majene, Mamuju, dan Polmas(Polewali - Mamasa). Tahun 1967, ditunjuklah seorang wakil bupati di Mamasa, lengkap dengan kantor dan rumah dinasnya. Sampai sekarang, Kabupaten Polmas terdiri atas 25 desa dan 4 kecamatan, dengan jumlah penduduk sekitar 85.000 jiwa.
Ketika TNI di Sulawesi Selatan terpecah menjadi beberapa kekuatan, rakyat Mamasa pun ikut terlibat. Gerombolan Andi Selle dari Batalyon 710 menyerbu rumah-rumah penduduk, rakyat Mamasa melawan. Muncul seorang guru SDR (SD) bernama Paulus Sila'ba sebagai penggalang kekuatan. Kericuhan surut sejalan dengan majunya kesadaran bersatu. Warga Mamasa pun tenang kembali, mengupayakan nasib agar lebih baik. Tapi tetap saja, wilayah pegunungan tak menguntungkan. Dana dan proyek bantuan datang tersendat-sendat, kalau tidak berhenti di Polewali. Bertahun-tahun lama-nya perjalanan ke Polewali harus ditempuh 3 - 4 hari lantaran tak terjangkau kendaraan, atau badan jalan putus karena tanah longsor. Barulah pada tahun 1988 kendaraan bermotor bisa rnasuk lewat jalur ini. Perlahan tapi pasti, Mamasa rnenemukan masa depannya.
No comments
Post a Comment