Kisah Nyata : Ketika Sang Hafidzah Terjerat Kasus Perselingkuhan
Fulan, sebut saja demikian, sangat berbahagia dengan pernikahannya. Semua terasa indah dalam cinta yang penuh keberkahan, pernikahan. Kedua anak Adam ini bisa memadu kasih dengan pujaan hatinya, tanpa batas, sepanjang waktu. Bahkan, apa yang mulanya haram dan menjijikkan, setelah akad nikah menjadi ibadah unggulan, kegemaran Nabi dan orang shalih, cicipan nikmat surga, terganjar sedekah, dan menjadi sarana kelangsungan generasi.
Bahagia semakin penuh ketika cinta keduanya membuahkan anak. Empat orang. Lucu-lucu, baik-baik, shalih/shalihah. Alhamdulillah, Allah Ta’ala memang tak pernah ingkar janji. Dia memberikan keberkahan kepada siapa yang menikah karena-Nya.
Tetapi memang, setan tidak akan pernah ridha dengan kebaikan yang dilakukan oleh anak Adam. Setan dan bala tentaranya akan mengerahkan semua kemampuan untuk menjerumuskan manusia ke dalam kesesatan yang berujug neraka. Maka, mereka pun menyusun makar untuk memisahkan kedua insan yang tengah memadu kasih ini.
Mulanya via jejaring sosial. Si istri terhubung dengan teman-teman sekolahnya. Mulai sekolah tingkat menengah hingga teman-teman kuliahnya. Hingga, “Mas,” ujarnya suatu ketika, “aku ingin bekerja. Bosan di rumah.” Apalagi, si wanita ini memang lulusan sarjana. Pikirnya, mubadzir jika sarjana hanya di rumah, mengurus anak dan suami.
Mulanya pula, sang suami tidak mengizinkan. Sebagai imam, suami masih bisa mencukupi kebutuhan hidup satu istri dan anak-anaknya. Tetapi, lama-kelamaan, karena kasihan melihat istrinya bosan di rumah, ia pun memberikan izin kepada bidadarinya itu untuk keluar rumah. Bekerja.
Dari sanalah petaka bermula. Kenal banyak orang. Bertemu dengan teman-teman masa sekolah dan kuliahnya. Sering berinteraksi dengan lawan jenis atas nama urusan kantor. Hingga…
Sang suami mendapat panggilan via telepon genggamnya. Dari pihak keamanan. Dia diminta segera menghadap. Ada urusan amat penting. Meski bingung, sang suami bergegas. Di tengah perjalanan, pikiran dan hatinya sibuk menerka-menerka. Pikirnya, ia tak pernah melanggar hukum. Semuanya keluarganya juga baik-baik.
Bagai disambar petir di malam gulita, ia melihat istrinya di sebuah sudut penjara. Sosok yang amat dibanggakannya itu menangis. Lalu berlari, setelah dikeluarkan setelah dikeluarkan dari penjara, menghampiri suaminya. Diciumlah kaki sang imam dalam rumah tangganya itu.
Di sudut lain, ia melihat lelaki yang lebih tampan, gagah, dan tinggi dibanding dirinya. Menyesakkan dada. Menyayat hati. Lelaki itu dan istrinya digrebek di sebuah hotel. Entah, apa yang terjadi di kamar penuh laknat itu.
Maka sepulangnya, meski amat berat. Ia mantap jatuhkan cerai. Empat anaknya diasuh oleh sang suami. Pasalnya, setelah setahun masa perceraian, lelaki shalih yang mendapat ujian berat ini mengaku masih mengingat semua kenangan indah di rumah itu. Kenangan manis bersama pujaan hati yang menjadi cinta pertama.
La haula wa la quwwata illa billah. Na’udzubillah. Si istri bukan wanita sembarangan. Atas didikan suaminya, wanita yang tergelincir ini memiliki hafalan 56 surat dalam al-Qur’an. Na’udzubillahi minasy-syaithanir-rajiim.
No comments
Post a Comment