Intip : Pada awal bulan ini kedua organisasi besar Indonesia telah menyelenggerakan Muktamar, Muhammadiyah diselenggerakan di Makassar dan NU di Jombang. Dari hasil pantauan INTIP sejauh ini muktamar Muhammadiyah berjalan dengan lancar dan telah berhasil mengeluarkan unsur kepemimpinan yang baru yakni Haedar Nasir. berbeda dengan muktamar NU yang pada awal setelah pembukaan telah tersebar di dunia media bahwa adanya perpecahan diantara beberapa peserta muktamar dan yang lebih memprihatinkan lagi unsur pemimpin yang terpilih telah di tolak oleh salah satu Kiai NU. Berikut berita lengkapnya dari jpnn.com...
Ormas terbesar di Indonesia yakni
Nahdlatul Ulama (NU) sedang dalam krisis konflik setelah helatan
Muktamar NU ke-33 yang baru selesai dilaksanakan di Jombang.
Mencuatnya konflik pasca Muktamar
tersebut datang setelah kemarin sore, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) asal
Kota Malang yakni KH Hasyim Muzadi menolak hasil muktamar Jombang. Dari
kediamannya di Jalan Cengger Ayam, Kota Malang, mantan Ketua Tanfidiyah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menolak hasil Muktamar
Jombang.
Menurut dia, Muktamar Jombang yang
menghasilkan Ketua Tanfidiyah KH Said Aqil Sirodj dan Rois Am KH Ma'ruf
Amin dinilai tidak sesuai aturan.
"Kalau konsep yang dihasilkan muktamar
mungkin menerima, tapi kalau pemimpin yang dihasilkan dari muktamar ini
saya menolak," kata dia dalam konfrensi pers kemarin.
Pria yang dalam muktamar Jombang
mencalonkan diri sebagai Rois Am ini menambahkan, ada sejumlah hal yang
ditabrak oleh Muktamar Jombang. Salah satunya adalah tidak memenuhi
kuorum-nya pemilihan ketua tanfidiyah yang menghasilkan KH Said Aqil
Sirodj sebagai pemenang.
Kiai Hasyim berkesimpulan kalau forum
pemilihan yang dilaksanakan di Alun-Alun Jombang ini karena pada waktu
bersamaan, dirinya dengan Calon Ketua Tanfidiyah yang lain yakni KH
Sholahudin Wahid mengumpulkan pimpinan NU dari wilayah dan cabang di
Pesantren Tebuireng.
Dari hasil mengumpulkan pimpinan NU
inilah, menurut Kiai Hasyim diketahui kalau totalnya ada 401 pimpinan
wilayah dan cabang. Jumlah ini sangat banyak karena total pimpinan
wilayah dan cabang yang punya hak suara hanya 508.
Nah, karena inilah, menurut Kiai Hasyim
tidak mungkin muktamar di Alun-Alun Jombang kuorum karena pimpinan
wilayah dan cabang mayoritas berada di Tebuireng. "Bisa dicek kalau di
Tebuireng memang jumlahnya 401," tambahnya.
Saat ditanya soal muktamar di alun-alun
yang dari hitungan pimpinan sidang sudah kuorum karena terdapat 378
pimpinan wilayah dan cabang dari total 508, Kiai Hasyim mempertanyakan
hal tersebut.
"Tidak mungkinlah kalau di sini
(Tebuireng) kuorum dan di sana (alun-alun) juga kuorum," papar pria
kelahiran 8 Agustus 1944 ini.
Selain itu, menurut dia Muktamar NU di
Jombang juga sudah tidak sehat. Salah satunya adalah sifat semena-mena
panitia kepada muktamirin atau peserta muktamar."Dalam proses LPJ
(Laporan Pertanggung Jawaban), tidak ada pandangan umum dari
cabang-cabang," kata dia.
"Selain itu, para kiai juga tidak dihormati karena sering dimarah-marahin oleh banser," tambahnya.
Karena inilah, ketika Kiai Hasyim akan
dijadikan Rois Am oleh Peserta Muktamar yang ada di Tebuireng, Kiai
Hasyim tidak mau. Dia juga tidak mencalonkan dari Muktamar yang ada di
Alun-Alun Jombang.
"Karena saya malu menjadi Rois Am dari
proses muktamar yang abal-abal," jelas pria yang saat ini menjabat
sebagai dewan pertimbangan presiden ini.
Selanjutnya, karena aneka macam alasan
yang dia paparkan itu, menurut dia saat ini Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) sedang vakum. Dalam artian, tidak ada pengurus yang sah
karena pemimpin yang dipilih cacat secara konstitusi organisasi. "PBNU
itu sekarang seperti punya badan tapi tidak punya kepala," urainya.
Karena inilah, Kiai Hasyim ingin PBNU
melakukan muktamar ulang. Bahkan, menurut dia banyak sejumlah pengurus
wilayah dan cabang yang juga ingin melaksanakan muktamar ulang.
"Saya dapat informasi seperti itu,
karena yang berhak mengadakan muktamat ulang itu adalah mereka (pengurus
wilayah dan cabang)," tambahnya.
Hanya saja, kapan Muktamar ulang
tersebut akan dilaksanakan, Kiai Hasyim masih belum bisa
memastikan."Tapi nanti kalau ada muktamar ulang, tolong cari muktamar
yang normal," kata dia.
"Karena yang saat ini dari proses registrasi sampai pemilihan sudah tidak beres," pungkasnya.
Sementara itu, terkait pernyataan Kiai
Hasyim yang menolak hasil Muktamar Jombang tersebut, tiga ketua
Tanfidiyah di Malang Raya tidak mau menanggapi karena alasan etika.
"Sebagai santri saya tidak berhak
menanggapi, karena pasti Kiai Hasyim pasti punya ijtihad sendiri," kata
Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Batu Hasyim Sirojudin.
Kendati demikian, dari hasil
pengamatannya mengikuti pemilihan Ketua Tanfidiyah PBNU, menurut dia
peserta sudah kuorum."Saya ikut memilih yang di Alun-Alun, dan totalnya
sudah kuorum," kata dia.
Sedangkan Ketua Tanfidiyah PCNU Kota
Malang KH Dr. Isroqunnajah M.Ag berharap, polemik yang terjadi di NU
tidak sampai berlarut-larut. Sehingga menurut dia tidak perlu lagi ada
muktamar ulang.
"Saya berharap Kiai Said yang terpilih
segera sowan ke Gus Sholah (KH Sholahudin Wahid) dan kepada Kiai Hasyim
Muzadi," kata dia.
Sedangkan terkait kondisi Muktamar, pria
yang akrab disapa Gus Is ini membenarkan sejumlah hal yang dinyatakan
oleh Kiai Hasyim Muzadi. "Semisal perlakuan diskriminasi terhadap yang
setuju sistem Ahwa (Ahlul Halli wal Aqdi)," tambahnya.
Untuk diketahui, sistem pemilihan Ahwa
atau musyawarah mufakat untuk pemilihan Rois Am memang menjadi salah
satu polemik. Menurut Gus Is, Panitia sempat mendiskriditkan orang yang
tidak setuju sistem Ahwa dilaksanakan pada Muktamar Jombang.
"Awalnya yang tidak sepakat dikasih
tanda di id card, dan hanya boleh ikut pembukaan saja, meski pada
akhirnya diskriminasi itu tidak ada lagi," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Tanfidiyah PCNU
Kabupaten Malang H M.Bibit Suprapto juga tidak mau menanggapi terkait
sikap KH Hasyim Muzadi. Hanya saja, menurut dia muktamar ulang tidak
perlu dilakukan karena pemilihan Ketua Tanfidiyah PBNU sudah memenuhi
kuorum.
"Saya tidak menanggapi, tapi faktanya
memang sudah kuorum, sekitar 80 persen yang hadir, padahal kourumnya
hanya 50 persen saja," pungkasnya.
No comments
Post a Comment