Metode Hidupkan Usaha Yang Hampir Bangkrut
Stress: Kas kosong, modal nol, ! Barang dagangan
hampir ludes. Utang segunung. Yg nagih utang ngantri panjang. Karyawan
lemes-lemes. Caci-maki dan kutukan bertebaran. Tambah lagi ancaman
penyitaan dari bank pemberi kredit. Juga ancaman ambil secara paksa dari
pemberi pinjaman pribadi. Duh ada lagi: sewa tempat usaha habis tahun
depan. Pendeknya kami sedang jadi sasaran kekecewaan dan kebencian.
Kebangkrutan benar-benar nyata di depan mata! Masih adakah harapan?
Mungkinkah bangkit kembali?
Jangan takut, solusi pasti ada. Sekecil apapun peluangya harus
dimanfaatkan, katakanlah sampai titik darah penghabisan…..! Berikut ini
adalah pengalaman saya pribadi ketika saya sedang terpuruk dan bangkrut.
Lalu diberi amanat untuk mengelola sebuah usaha yg hampir bangkrut.
Saya dipilih karena tidak ada orang lain yg berani menangani dg resiko
begitu tinggi. Kesempatan itu saya terima untuk menghidupkan kembali
usaha keluarga yg hampir tewas dan sekaligus untuk menancapkan prestasi
agar saya bangkit lagi seperti dulu. Katanlah: Sekali dayung dua pulau
terlampaui, bukan?
JANGAN PANIK!. Pelajaran pertama menghadapi masalah
besar dari awal adalah dilarang panik. Kalo tidak ingin makin meruncing
dan makin runyam. Seperti yg saya alami sendiri pada awal tahun 2003.
Salah satu anggota keluarga menelpon dan minta saya bantu perusahaannya
yg dalam keadaan genting. Usaha keluarga berupa Toko Bangan Bangunan dg
omzet tertingginya sekitar 3milyar rupiah setahun. Tak ada pengalaman
dalam bidang usaha tsb tapi saya tahu managemen perusahaan secara umum.
Dan saya paham prinsip-prinsip kepemimpinan dalam menjalankan roda
usaha. Walaupun suasana begitu runyam dan mencekam, saya usahakan tampak
tenang. Seolah perusahaan tak ada masalah serius (padahal dalam hati
sih tegang minta ampun koq dikasih amanat dadakan dalam keadaan kiamat
sudah dekat hahaha.
ANGKAT MORAL BERTARUNG PEGAWAI. Pelajaran kedua adalah
perhatikan moral bertarung pegawai. Ketika saya perhatikan seluruh
pegawai mengalami demoralisai maka saya adem-ademkan mereka bahwa bulan
depan beres semua. Bahkan saya inisiatif naikan honor mereka 20% tanpa
ijin dulu dari pemilik perusahaan sekedar untuk menghindari debat
panjang sementara si pemilik hanya tertarik mengamankan assetnya saja.
Pada saat yg sama saya harus menegakan tertib administrasi, disiplin
pegawai dan menertibkan prilaku keluarga pemilik yg terbiasa intervensi
urusan perusahaan. Belakangan pemilik dan keluarganya marah-marah kepada
saya dg inisitif menaikan honor, dan baru reda sendiri 3 bulan kemudian
setelah usahanya mengalami kemajuan.
OPTIMISME SEPARUH DARI PERJALANAN SUKSES. Pelajaran
ketiga adalah menancapkan sikap optimis. Yakin bisa berhasil. Itu sudah
separo dari kisah sukses. Pesimisme yg berkecamuk dalam pikiran segera
buang jauh-jauh dan lupakan. Apapunn yg akan terjadi anggaplah bahwa
kebangkrutan secara permanen cuma gertak sambal dari musuh-musuh yg
dengki. Untuk menetralisir kepanikan dan keresahan saya ajak pegawai
santai di waktu instirahat dan setelah jam kerja. Misalnya main catur
rame-rame, maen kartu, maen gaple, jrang-jreng gitaran maen musik,
cerita ngalor-ngidul dg humor-humor yg bikin gerrrrr cekakakan.
CARI TAHU TITIK PALING LEMAH & MERUSAK. Pelajaran
keempat adalah meneliti biang kerok kehancuran usaha. Di sana yg saya
temukan ternyata pengendalian keuangan yg amburadul dg
kesalahan-kesalahan mendasar. Ini penyakit umum usaha kecil dan menengah: Pinter jual barang tapi tidak pinter kendalikan uang.
Banyak yg pinjam cek/giro tanpa tanggal dan nilai nominal. Banyak
pemakaian uang dan barang untuk urusana pribadi tak tercatat. Banyak
piutang pribadi dilupakan. Banyak piutang dagang yg dibiarkan tidak
tertagih. Celakanya, ini khas perusahaan keluarga, pegawai yg bertugas
tak punya wibawa untuk melakukan penertiban saking kokohnya dominasi
pemilik beserta keluarga dan sekondangnya.
Dari titik-titik lemah inilah saya lakukan penertiban besar-besaran
tanpa pandang bulu. Bahkan untuk sekedar kas bon Rp.5000,- si pemilik
kudu tandatangan di slip Pengeluaran Kas. Syukurlah sang pemilik yg
sudah panik rela menyerahkan semua kebijakan dan operasional toko kepada
saya asal usahanya selamat. Soalnya ini urusan hidup-mati bagi
keluarganya di mana keluarga besar sangat mengandalkan usaha tsb untuk
kebutuhan hidup mereka.
Kebangkuran usaha di sini bisa berarti kematian bagi hampir seluruh
anggota keluarga besar. Kebetulan saat itu dampak kriisis moneter masih
melanda dg hebat yg berakibat banyak anggota keluarga besar gulung
tikar. Toko yg satu ini gawang terakhir! Kepanikan keluraga pemilik juga
dipicu oleh desas-desus bahwa beberapa usaha serupa sedang gulung tikar
padahal mereka punya modal sangar kuat. Nah yg saya tangani ini
modalnya nol: jumlah stock barang senilai dg jumlah hutang dagang, kas
hampir kosong, piutang hampir macet semua.
JANGAN HIRAUKAN PUJIAN. Pelajaran keempat adalah
bekerja keras dg target usaha meraih peningkatan semaksimal mungkin dg
mengutamakan kepentingan perusahaan, bukan pribadi manapun.
Profesionalisme. Tidak penting apakah si pemilik memberikan pujian, yg
penting kita berhasil mengangkat usaha dari tepi jurang ke tengah
lapangan yg luas untuk bernapas. Di sini saya kadang inisiatif ambil
keputusan yg tidak sejalan dg kepentingan pribadi si pemilik. Resiko
dipecat pasti ada. Tapi saya yakin bila argumentasi kita kokoh dan hasil
akhir perusahaan mengalami peningkatan maka inisiatif dan resiko harus
diambil. Misalnya atas penigkatan usaha yg nyata dalam tempo 3 bulan
maka saya tambahnkan tunjangan karyawan, fasilitas kerja karyawan.
MEREBUT KEMBALI KEPERCAYAAN. Tak disangka
kebijakan-kebijakan yg saya ambil dahsyat dampaknya kepada suasana
kerja. Saya pendatang baru 3 bulan tiba-tiba direken pahlawan oleh
pegawai. Mereka sangat berharap saya tidak pernah meniggalkan mereka.
Moral bertarung pegawai meningkat dg pesat. Kebangkrutan semakin jauh di
mata. Senyum dan tawa membahana. Bahkan para sales-sales yg tadinya
cemberut-cemberut takut tagihannya tak terbayar, sekarang berlomba
membujuk saya agar order barang sebanyak-banyaknya kepada mereka. Mereka
bilang mereka percaya kepada kami. Luar biasa, ini yg saya kejar:
MEREBUT KEMBALI KEPERCAYAAN.
SPEKULASI DAN AMBIL RESIKO DICACI-MAKI.
Perusahaan yg sudah mulai masuk blacklist berhasil come back berkat
lancarnya cicilan hutang. Sebetulnya saya juga lakukan sedikit spekulasi
dg berikan banyak giro mundur kepada supplier, padahal kas kosong
melompong. Apa boleh buat, cuma itu caranya agar supplier mau drop
barang lagi. Syukurlah hanya sekitar 10% giro yg jebol. Saya juga sempat
gonta-ganti bank dan menyiapkan cek/giro dari beberapa bank atas nama
saya. Beberapa kali rekening ditutup. Entah berapa kali dicaci-maki para
supplier dan staff bank. Masa bodoh, saya terima makian mereka dan
memaklumi mereka.
No comments
Post a Comment