Pola Kesuksesan Itu Sederhana Namun Tidak Mudah
nenebece.com |
Sukses tercapai oleh sebuah pola
sederhana. Siapapun yang bisa menjalankan pola ini, maka sukses jadi
niscaya. Siapa yang cepat menjalankan polanya, suksesnya pun diraih
cepat. Kondisi awal, memang berpengaruh, tapi tidak lebih menentukan dari
proses menjalankan polanya. Orang miskin dan orang kaya lebih cepat
mana meraih sukses? Bila hanya menghitung kondisi awal, maka orang kaya
jawabannya. Tapi penentunya bukan kondisi awal, tapi proses menjalankan
polanya. Orang miskin yang lebih cepat menjalankan pola sukses dari orang
kaya, akan meraih sukses lebih cepat pula.
Nah, bagaimana pola sukses
itu? Ada 5 tahap yang membentuk pola sukses, yaitu:
1.
Keyakinan Diri yang Positif
Segalanya berawal dari sini.
Ini citra diri anda. Self image. Ini berkaitan dengan bagaimana
anda meyakini diri anda sendiri? Apakah anda manusia yang dilahirkan
untuk sukses atau untuk gagal? Anda orang baik atau orang buruk?
Anda ganteng / cantik atau buruk rupa? Anda layak kaya atau layak
miskin? Anda merasa sebagai orang kelas bawah, kelas menengah atau kelas
atas? Ketika berhadapan dengan orang lain, anda merasa diri anda di atas,
sejajar atau di atasnya? Juga berkaitan dengan anda merasa diri anda
pengikut yang baik atau pemimpin yang hebat? Merasa punya semua
bakat dan potensi yang dibutuhkan atau tidak?
Nah, kesuksesan diawali dari keyakinan
positif atas diri sendiri. Anda yakin anda dilahirkan untuk sukses.
Anda orang baik. Anda ganteng / cantik. Anda layak kaya dan menjadi
orang kelas atas. Anda percaya diri berhadapan dengan orang lain.
Tidak rendah diri. Tidak juga sombong. Anda layak menjadi pemimpin
hebat. Anda pun yakin sekali anda dianugerahi bakat dan potensi yang cukup
untuk meraih sukses yang anda inginkan.
Kenapa ini penting? Karena
hanya orang yang yakin bahwa dirinya layak sukses yang akan meraih sukses
itu. Iya kan?
2.
Melakukan Keharusan.
Langkah kedua adalah melakukan
keharusan. Dari keharusan yang mendasar dan sederhana sampai melakukan
keharusan yang sulit dan rumit. Keharusan – yang paling sederhana
sekalipun – biasanya tidak menyenangkan. Tapi sangat baik bila dilakukan.
Keharusan ini bersifat seperti
imunisasi. Bayi harus diimunisasi. Ini sebuah keharusan. Sakit
rasanya, tapi menguatkan. Sedih melihatnya, tapi harus
melakukannya. Resiko lebih besar harus ditanggung bila keharusan ini tak
dilakukan.
Setiap orang harus bangun
pagi-pagi. Setiap orang harus berolahraga. Setiap orang harus makan
makanan sehat dan bergizi. Setiap orang harus bisa mengurus dirinya
sendiri. Setiap orang harus bisa berpikir. Setiap orang harus bisa
memecahkan masalah. Setiap orang harus terus belajar. Itulah
beberapa keharusan yang mendasar.
Bila anda karyawan, anda harus
disiplin. Taat aturan. Betapa pun aturan itu membuat anda
kesal. Bila anda pebisnis, anda harus punya nilai lebih. Betapa pun
sulitnya memiliki nilai lebih itu. Bila anda atlet, anda harus keras
berlatih. Meski itu melelahkan.
Nah, bisakah anda meraih sukses bila
anda tak bisa melakukan keharusan anda? Tidak!!! 100% tidak bisa
sukses.
3.
Membentuk Kebiasaan Positif.
Langkah ketiga adalah hasil langkah
kedua yang benar-benar jelas, terus dilakukan berulang-ulang secara
konsisten. Setiap orang harus bangun pagi. Maka pagi bisa berarti
pukul empat, lima, enam, tujuh, delapan atau bahkan sembilan. Bila anda
bangun tidur pukul empat di hari Senin, pukul tujuh di hari Selasa, pukul lima
di hari Rabu, pukul delapan di hari Kamis, maka anda baru melakukan
keharusan. Keharusan anda belum menjadi kebiasaan. Ketika anda
secara konsisten – setiap hari – bangun pukul empat, itulah kebiasaan.
Sebuah kebiasaan positif harus benar-benar jelas.
Ketika melihat orang kecelakaan,
anda sigap membantu. Anda melakukan keharusan anda. Tapi hal ini
tak terjadi setiap hari, kan? Maka ini bukan kebiasaan. Mematikan
lampu yang tak digunakan adalah keharusan. Selalu mematikan lampu yang
tak digunakan adalah kebiasaan. Nah, keharusan dan kebiasaan dibedakan
oleh satu kata saja : selalu. Satu kata yang benar-benar sangat
menentukan.
Keyakinan positif, Melakukan
keharusan dan Membentuk kebiasaan positif adalah fondasi sukses anda. Ia
seperti batu, pasir dan semen dalam fondasi rumah. Salah satu kurang,
fondasi tak kuat. Rumah tak bisa dibangun di atas fondasi yang
rapuh. Sukses pun begitu. Hanya bisa diraih bila fondasinya kuat.
4.
Membentuk Kebiasaan Produktif
Kebiasaan produktif berbeda dengan
kebiasaan positif. Kebiasaan positif berarti tidak negatif, tidak
merugikan, dan menyenangkan, tapi tidak menghasilkan kemajuan secara
langsung. Kesuksesan diraih secara langsung oleh kebiasaan produktif.
Membaca buku itu positif.
Apakah produktif? Tidak. Menulis buku lah yang produktif.
Hasilnya jelas sebuah buku. Anda mungkin berpendapat, membaca buku kan
menghasilkan pengetahuan. Jadi ada hasilnya. Ada produknya. Anda
benar. Tapi produknya masih di tahap mental, bukan fisikal. Maka
bila baru di tahap mental, belum bisa dikatakan produktif. Secara mental,
anda bisa sangat paham tentang penjualan. Produktif? Belum.
Jadi produktif bila anda telah menjual sesuatu. Dan sesuatu yang anda
jual itu ada yang beli.
Apakah ini membuat produktif lebih
penting dari positif? Jelas tidak. Anda akan sangat sulit untuk
bisa produktif, bila anda tidak positif.
5.
Berkompetisi.
Kebiasaan produktif akan
menghantarkan anda pada sukses. Tetapi untuk bisa bertahan dalam kesuksesan,
anda harus siap dan mampu berkompetisi. Tanpa ini, sukses hanya
sekejap. Orang sukses adalah orang yang senang berkompetisi.
Bersemangat ketika ada saingan. Terpacu ketika ada lawan. Tetap
rendah hati ketika menang. Segera bangkit ketika dikalahkan. Maka
keyakinan, pelaksanaan keharusan, kebiasaan positif dan kebiasaan produktif
benar-benar diuji. Inilah ujian sebenarnya dari sebuah kesuksesan.
Meraih sukses itu sulit.
Mempertahankan kesuksesan jauh lebih sulit. Maka sadari lah bahwa semua
kesulitan itu memang sebuah kelayakan untuk orang hebat seperti anda. Iya
kan?